Kamis, 20 Maret 2014

ILMU SANGKAN PARANING DUMADI

Berikut adalah percakapan antara Si Murid dengan Si Guru.

Murid : Guru, tolong jelaskan kepadaku apakah ilmu sangkan paraning dumadi itu ?

Guru : Sangkan paran adalah pengetahuan tentang dari mana kamu berasal dan kemana tujuan kamu. Atau lebih mudahnya adalah ilmu tentang jalan pulang. Sebenarnya dimana rumah asalmu maka kesanalah kamu akan pulang.

Ketahuilah Muridku, bahwa sesungguhnya tiap-tiap apa yang berasal akan kembali ke asal itu. Dirimu terdiri dari dua unsur, jasmani sebagai badan wadagmu dan rohaniahmu sebagai isi. Ibarat sangkar dengan burungnya. Jika sangkar sudah rusak maka burung akan terlepas.

Jasmanimu dan ruhanimu mempunyai asal masing-masing dan juga mempunyai jalan pulang sendiri-sendiri. Jasmanimu dicipta dari unsur alam ini. Tanah (bumi), udara (angin), api (panas) dan air. Karena asalnya dari bahan saripati alam maka kelak akan kembali ke alam lagi. Yang tanah kembali kepada tanah, yang angin kembali kepada angin, yang api kembali kepada api dan yang air akan menyatu kembali kepada air.

Urut-urutannya adalah demikian. Saripati tanah, udara, panas dan air dihisap oleh tumbuhan kemudian diproses menjadi sari makanan. Tumbuhan tersebut ada yang dimakan hewan dan ada yang dimakan langsung oleh manusia. Hewan yang memakan tumbuhan itupun akhirnya juga dimakan manusia. Ahirnya saripati makanan yang berasal dari unsur alam tersebut diproses dalam diri manusia laki-laki menjadi air mani. Sedangkan pada manusia perempuan diproses menjadi sel telur.

Dari pertemuan antara air mani lelaki dan sel telur wanita itulah kemudian berubah menjadi tubuh jabang bayi. Semua proses itu adalah terjadi karena kekuasaan dan kehendak Tuhan.

Bayi tumbuh menjadi dewasa dan tua kemudian mati. Bahkan perkara mati ini ada yang mati waktu bayi, waktu remaja maupun sudah tua. Itu terserah pada ‘jangka-Nya’ terhadap masing-masing individu. Ketika mausia mati maka tubuhnya ditinggalkan di alam dunia ini lagi. Bagi yang beragama Islam maka jasadnya dikubur dalam tanah.

Dengan berlalunya waktu maka jasad dalam tanah akan hancur, kecuali orang-orang khusus yang ditakdirkan Allah untuk jasadnya tetap utuh. Bagi yang jasadnya hancur akhirnya akan menjadi sari pati tanah lagi. Saripati tanah dihisap lagi oleh tetumbuhan menjadi saripati makanan. Saripati makanan dimakan manusia lagi yang kemudian berproses menjadi air mani lagi bagi pria dan sel bagi wanita. Ketika terjadi pertemuan air mani dan sel telor, dengan kuasa-Nya terciptalah jabang bayi lagi.

Hal tersebut akan terjadi terus dalam alam semesta sampai pada batas waktu yang ditetapkan-Nya. Itu akan menjadi ‘cokromanggilingan‘, berputar terus sesuai dengan hukum alam. Itu jasmanimu.

Murid : “Bagaimana dengan unsur rohaniku wahai Guru ?”

Guru : “Unsur rohanimu adalah Dirimu yang sejati dengan beberapa pelengkap. Karena secara ruhani, disana ada Dirimu yang sejati yang juga dilengkapi akal dan nafsu. Hal yang terpenting adalah ‘Si Manusia-nya itu. Yaitu dirimu yang sejati itu”.

Murid : “Yang manakah yang ‘Diri Saya’ itu guru ?”

Guru : “Jangan bodoh dan samar. Kamu yang sebenarnya adalah kamu yang ‘merasa’ bisa melihat, mendengar dan merasa - merasa yang lainnya. Kamu adalah kamu yang bisa bermimpi kala tidurmu. Kamu adalah yang ‘merasa’ dan yang bisa ‘menyadari’ akan kesadaranmu sendiri. Jadi kamu yang sejati adalah yang mempunyai kesadaran itu. Kamu adalah kamu yang sadar atas dirimu.

Ingat ketika kamu tidur satu ‘turon’ (tempat tidur) dengan istrimu. Kemudian kamu bermimpi dikejar anjing. Kamu lari kecapekan. Kamu digigit anjing dan kamu menjerit. Tiba-tiba kamu bangun. Kamu marah-marah sama istrimu, kenapa dia tidak menolong kamu. Ya jelas kamu ditertawai sama istrimu. Lha wong istrimu tidak tahu kalau kamu digigit anjing kok, bagaimana cara dia menolongmu. 

Menurut istrimu, setahunya kamu malah tidur lelap.

Nah yang tidur lelap adalah ragamu. Sedang yang merasakan sakit digigit anjing waktu kamu mimpi itulah dirimu yang sebenarnya. Karena itulah kesadaranmu.

Sekali lagi, kesadaranmu itulah hakekat dirimu. Nah, kesadaranmu sehari-hari itu lebih banyak dimana. Apakah pada keinginan-keinginan atau nafsumu. Atau pada akalmu semata yang kadang justru bisa akal-akalan,mengakali, mencari pembenar sendiri. Atau justru bisa bertempat pada sang Ruh. Sedangkan Ruh itu adalah wilayah al ‘amr Tuhan. Asal dari alam ‘perintah’-Nya.”

Murid : “Bukankah memang Ruh itu milik-Nya dan selalu dalam genggaman-Nya. Ketika orang tidur Ruh ditahan-Nya kemudian ‘dilepas’ lagi ketika si manusia bangun. Dan bagi si mati Ruh itu tetap dalam genggaman-Nya. Berarti kan secara otomatis manusia pasti bisa kembali pulang, Guru ?”

Guru : “Nah ini dia ketemunya. Memang Ruh itu dalam kekuasan-Nya. Bahkan bukan Ruh saja, tetapi apapun juga dalam ‘genggaman’-Nya. Tetapi kesadaranmulah yang menentukan. Jika kesadaranmu dibelenggu nafsu maka kesadaranmu juga gak bisa ikut ‘pulang’. Karena ‘pulang’ itu tidak usah menunggu ketika kamu mati. Kamu bisa mati sakjeroning urip, mati di dalam hidup. Jadi jalan pulang itu adalah jalan yang mulai ditapaki sejak sekarang. Sejak kamu ada di dunia gumebyar ini.

Sejak sekarang kamu sudah diseru untuk pulang. Untuk senantiasa kembali kepada-Nya. “….Irji’i ila Robiki….” kembalilah kepada Robb-mu, kepada ilah-mu, kepada Yang Maha ADA yang Mengadakan-mu.”

Murid : “Lalu sangunya (modalnya) apa dan apa yang dijadikan gandolan (pegangan) ?”

Guru : “Sangunya rasa rela atau senang. Rela kepada siapa ? Ya rela atau senang kepada-Nya. Rindu dan cinta akan Dia. Rela dan senang untuk kembali kepada-Nya. Dan pegangannya adalah kita bersandar welas asih-Nya (bersandar pada sifat Rohman dan Rohiim -Nya). Karena memang itu adalah sifat dari pakerti-Nya (af’al-Nya).

Kalau sudah begitu, tinggal kamu ‘bersedia dipakai oleh-Nya‘ untuk menebarkan kasih sayang kepada alam. Meneruskan misi Sang Nabi Panutan, rahmatan lil ‘alamin. Memayu hayuning buwono. Menebarkan kesejahteraan dan kedamaian di alam ini.

Karena itu ada sebagian orang yang menyebut pengetahuan tentang hal ini dengan penyebutan ilmu sangkan paran. Ada lagi yang mengidentikkan dengan ilmu ‘inna lillahi wa inna ilaihi rojii’un. Ada lagi yang menamakan dengan ilmu sastro jendro hayuningrat pangruwating diyu.

Sastro adalah ilmu, jendro adalah adiluhung, hayuning adalah membangun dan rat adalah jagad. Jadi maknanya ilmu untuk membangun jagad. Jagad siapa, ya jagadnya si manusianya itu sendiri. Pangruwat artinya perbaikan atau pemulihan. Diyu bermaksud raksasa. Ngruwat atau memperbaiki raksasanya siapa ? Ya raksasanya si manusia itu sendiri.

Ingat, dalam hatimu itulah semuanya berada. Ada malaikat. Ada widodari. Ada widodoro. Ada jin setan priprayangan gendruwo ilu-ilu banaspati engklek-engklek waru doyong. Hatimu adalah jagadmu. Harus dibangun. Dibersihkan. Diruwat. Kalau sudah diruwat dan sudah bisa ‘jalan pulang’ maka biarkan DIA yang Maha Welas Asih yang bertahta di hatimu. Ingat ini : langit tidak akan cukup luas untuk Dia, bumi juga terlalu sempit untuk-Nya. Namun hati manusia ‘Insan al-kamil’ bisa menjadi ‘tahta’-Nya.

Sumber: http://filsafat.kompasiana.com/2013/01/23/ilmu-sangkan-paraning-dumadi-527025.html

5 komentar:

  1. Terimakasih kepada admin yang telah sudi me-repost tulisan saya di ompasiana ini. Tulisan ini juga saya posting di blog pribadiku di http://tiknan.blogspot.co.id/ tepatnya pada tautan di http://tiknan.blogspot.com/2013/01/jalan-pulang-seri-wawancara-dengan-guru.html

    BalasHapus
  2. Luar biasa "dimanakah" aku ini sekarang?

    BalasHapus
  3. Luar biasa "dimanakah" aku ini sekarang?

    BalasHapus
  4. Innalilahi wa innailaihi Rojiun dari Dia kembali ke-Dia lagi.matur nuwun











    BalasHapus
  5. Gandolane welas asih,sak podo padane urip

    BalasHapus